Berkembangnya teori-teori kepemimpinan menimbulkan banyak pertanyaaan, salah satunya manakah diantara teori tersebut yang paling relevan untuk diterapkan di era modern? Ada tiga model kepemimpinan yang berkembang di dunia:
Pertama Kepemimpinan Kualitas, paham ini mengatakan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin cukuplah dia mempunyai karakter sebagai seorang pemimpin. Baik karakter yang melekat sejak lahir maupaun karakter yang dibentuk dengan pembinaan-pembinaan. Misal: bertanggung jawab, jujur, adil, berani, dll. Kedua Kepemimpinan Situasional, kepemimpinan model ini bukan hanya mengandalkan karakter kepemimpinan saja tetapi juga berdasarkan kompetensi yang memadai serta didukung dengan adanya momentum yang tepat untuk menjadi pemimpin. Ketiga Kepemimpinan Fungsional, ini berbeda dengan model sebelumnya. Pemimpin yang mempunyai Visi Misi yang terukur dan terarah, sudah ada mekanisme pembagian tugas, dan merupakan sarana untuk mengembangkan diri.
Namun tiga model kepemimpinan yang muncul dengan pemahaman kebarat-baratan belumlah menjadi alternative solusi untuk beberapa permasalahan sosial. Oleh karena itu kini mulai berkembang pula model kepemimpinan gaya baru, muncul sebagai harapan baru untuk mengatasi masalah yang ada yakni Kepemimpinan Profetik.
Kepemimpinan profetik adalah kepemimpinan yang membebaskan penghambaan manusia hanya kepada Allah semata dengan nilai-nilai atau prinsip ke-Ilahi-an. Kepemimpinan profetik membawa misi yang berbeda dari jenis kepemimpinan apapun yang ada,membawa misi kemajuan moral dan spiritual manusia, menanamkan motif-motif kehidupan yang lebih tinggi dan agung, yaitu berupa kualitas kebaikan, keindahan, keadilan, kedermawanan, kehalusan, dan sifat-sifat agung lainnya. membawa misi kemajuan moral dan spiritual manusia, menanamkan motif-motif kehidupan yang lebih tinggi dan agung, yaitu berupa kualitas kebaikan, keindahan, keadilan, kedermawanan, kehalusan, dan sifat-sifat agung lainnya. Yang kemudian akan menentukan peradaban besar dunia.
Kepemimpinan profetik sebagai konsep baru dalam membangun tatanan sistem organisasi memiliki beberapa kekhasan yang merujuk pada ayat-ayat di dalam Al Qur’an.
“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana” (QS Al Baqarah : 129)
“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS Al Baqarah : 151)
“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS Ali Imran: 164)
Berdasarkan ayat di atas, dapat dirumuskan kekahasan dari kepemimpinan profetik. Pertama, Membacakan tanda-tanda. Secara istilah tanda merupakan sesuatu yang menunjukan sesuatu yang lain. Dalam konteksi ini tanda berasal dari Allah baik secara kauliyah yaitu Al Qur’an maupun alam dan hukum yang mengaturnya atau sering disebut ayat Kauniyah. Pemimpin profetik harus menyampaikan konsepsi-konsepsi yang terdapat dalam Al Qur’an semata-mata untuk menyadarkan manusia menghamba hanya kepada Allah saja. Selain itu juga harus mampu membaca alam dan seisinya sebagai manifestasi sumber daya yang sudah Allah siapkan untuk kebutuhan manusia.
Kedua, Menyatukan dan menyucikan jiwa, mampu mengakomodasi keragaman ideologi, memimpin dengan keteladanan dan keterbukaan. Penyucian jiwa (tazkiyah) yang efektif terlihat hasilnya pada perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan Allah, sesama manusia dan alam, serta pengendalian anggota badan seperti mata, telinga, mulut, tangan, dan kaki. Tazkiyah mentransformasikan adab dan perilaku sosial. Berbagai macam sarana untuk mentazkiyah pengikut dan masyarakat: spiritualitas dengan ibadah; pemikiran dengan ilmu; ekonomi dengan kerja; moralitas’akhlak dengan perilaku luhur; masyarakat dengan kerjasama; dan materi dengan pembangunan.
Ketiga, Mengajarkan pengetahuan, menyampaikan dengan hikmah secara arif dan bijak. Pemimpin profetik mengajarkan Al Qur’an sebagai pedoman hidup manusia (way of life). Sehingga dengan pemahaman yang Qur’ani mampu mendorong terwujudnya pribadi arif dan santun karena ilmu dan spiritual.
Keempat, Inspirator yang melahirkan peradaban baru, membangun serta membentuk para pengikut dan masyarakatnya menjadi manusia baru untuk lahirnya tatanan baru dengan visi pengembangan pendidikan islam yang jelas sehingga dapat dijadikan sebagai model bagi pengembangan lembaga pendidikan lainnya. Membangun peradaban baru yang membawa berbagai bentuk peribadatan yang mengantar jiwa manusia ke level yang tinggi dan mendekatkannya dengan sang Pencipta.
Dengan misi yang mendekatkan kepada Allah, pemimpin profetik haruslah memiliki kesehatan spiritual yang baik sehingga bisa menjadi sumber kekuatan atau pengaruh yang kuat. Kedekatannya dengan sang Khalik akan membimbingnya menuju perencanaan yang jelas serta menciptakan dan mendorong perubahan karena ia mampu “mengakses” pertolongan-Nya. Ketenangannya dalam menyelesaikan masalah, akhlak atau karakter yang Qur’ani karena selalu terjaga ingatannya kepada Allah, kecerdasan yang terbentuk dengan menganalisis dan mengambil hikmah atas kepemimpinan Rasulullah mengantarkan ia untuk membentuk tatanan masyarakat yang sejahtera dan menjunjung prinsip ke-ilahi-an.