Akhirnya pengumuman penerimaan siswa
baru disampaikan juga termasuk kelas yang di tempati. Walaupun waktu SD aku
selalu peringkat atas namun nilai UAN ku termasuk yang biasa – biasa saja
dibandingkan dengan SD yang lain, bahkan dengan teman SD senidiri saja aku di
lampaui, tapi tak masalah buatku. Meskipun begitu aku masih bisa masuk kelas
unggulan di sekolah itu, yah sekolahku itu menerapkan sistem unggulan dan non
unggulan. Tidak ada perbedaan yang signifikan hanya saja yang menempati kelas
unggulan itu yang mempunyai peringkat tertinggi meskipun belum tentu yang
nilainya tinggi saat masuk nilainya tinggi pula saat di ujian atau ulangan
harian. Aku tahu betul itu, karena aku sendiri yang mengalami hal itu.
Aku sempat senang karena di kelas itu
aku tidak sendiri dari SD ku, ada beberapa teman yang masuk di kelas yang sama,
tapi ternyata lia juga masuk di kelas yang sama. Aku
sempat khawatir gossip dan ejekan saat SD kembali menyebar, namun aku berfikir
‘ah, ini kan kebanyakan teman baru dan teman SD ku cuma beberapa aja..ga
bakalan ada yang taulah’. Sebenarnya agak kurang enak ada di kelas unggulan,
kami tak pernah menang kalau bermain sepakbola padahal sepak bola itu permainan
paling bergengsi di sekolahku. Tapi kalau urusan lomba yang lain, kelas kami
boleh untuk dipertimbangkan.
Aku senang di
kelas ini, kami punya wali kelas yang sangat baik namanya Ibu Laily. Meskipun
sudah tua tapi beliau sangat memperhatikan kami, kalau kami ada salah sedikit
pasti langsung dinasehati. Cara menasehatinya juga unik, beliau seolah – olah memperlakukan
kami seperti anak TK, kadang lucu, kadang juga bikin sakit hati, tapi itulah beliau semua anak di kelas menghormati
beliau. Setelah beberapa lama aku cukup nyaman di kelas dan aku termasuk anak
yang jarang ngobrol, main dengan teman perempuan. Saat cowok-cowok mulai
mendekati cewek – cewek aku hanya duduk melihat aksi cowok – cowok menarik
perhatian si cewek, tiba – tiba ada seorang cewek duduk di sebelahku
“Dan, kamu itu
L.A.P ya?” Tanya temen cewek di sebelahku, namanya Tika.
“L.A.P? apaan
tuh?”
“ Laki-laki
Anti Perempuan…”
“ Eh?? Kok
kamu nanya gitu?”
“ Iya soalnya
kamu kaya jarang ngedeketin perempuan.. hahaha”
Dalam hati aku
merasa ‘panas’, ga mau dikatain L.A.P apalagi cewek yang ngomong. Akhirnya aku
mulai ikut nimbrung dengan obrolan – obrolan cewek – cewek, ada beberapa cewek
yang jadi primadona tapi aku ga tertarik buat ngedekitin dia. Ada seorang
cewek yang aku simpatik dengan dia,
wajahnya ga cantik emang, manis juga ga terlalu, kulitnya juga ga putih, kalau
orang jawa bilang kulitnya ‘Kuning Langsat’. Tetapi dia itu kalau orang jawa
bilang ‘ayu’ – bukan nama orang lho - , agak susah mendeskripsikan ‘ayu’
seperti itu apa, hanya ‘ayu’ itu terasa enak jika dipandang ditambah dengan
perilaku yang sopan. Cewek yang kukagumi itu namanya Ana.
Suatu ketika SMPku
pulang lebih awal karena guru – guru ada rapat mendesak, aku dan beberapa teman
SDku langsung berencana mengunjungi SD ku dulu. Tak disangka ternyata teman –
teman cewek semasa SD juga datang, termasuk Lia. Setelah bersalaman dengan guru
– guru kami langsung menuju kantin, ngobrol – ngobrol dengan ibu kantin yang
sering jadi langganan kami dulu dan tak lupa beli “jajanan”. Saat jajan itulah ada teman yang menggodaku
dengan Lia lagi, yang lain pun langsung ketawa. Karena di kelas ada orang yang
kukagumi jadi aku santai – santai saja,
“Ah itu kan
masa lalu, sekarang udah ada cewek yang aku suka” kataku,
Pada waktu itu aku melihat Lia, dia terlihat ga ada ekspresinya. Padahal
aku mengatakan itu hanya ingin tahu Lia cemburu atau tidak, meskipun ada cewek
yang aku kagumi aku masih belum bisa melupakan Lia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar