Kamis, 07 April 2011

Tumbangnya Mubarak dan Harapan Rakyat Palestina


Runtuhnya rezim presiden Mesir Hosni Mubarak  Jum’at 11 Februari 2011 lalu disambut suka cita oleh segenap warga Mesir dan beberapa negeri Timur Tengah lainnya. Rezim yang telah berkuasa selama kurang lebih 30 tahun itu akhirnya tumbang setelah dihempas aksi demonstrasi besar – besaran yang berlangsung selama 18 hari, dimulai dari tanggal 25 Januari 2011. Revolusi ini telah menarik perhatian dunia terutama AS dan Israel, pasalnya Hosni Mubarak adalah sekutu mereka yang membantu mengamankan posisi mereka di kawasan Timur Tengah.
Kemenangan warga Mesir merupakan bentuk kebebasan  atas ke-otoriter-an pemerintahan Hosni Mubarak yang berlangsung selama tiga dekade ini. Untuk sementara, setelah lengsernya Mubarak pemerintahan diambil alih oleh pihak Militer hingga diadakan pemilihan untuk presiden yang baru.
Kemenangan ini juga mendapat sambutan hangat dari berbagai pihak di penjuru dunia, diantaranya Presiden Sudan, Omar al-Bashir yang menyampaikan selamat kepada rakyat Mesir atas keberhasilan mewujudkan keinginan mereka, bahkan menawarkan kepada mereka dukungan tanpa syarat setelah Presiden Hosni Mubarak digulingkan pada hari ke 18 protes anti-rezim. Seorang Ulama kenamaan di Timur Tengah yang terkenal memberi fatwa, Syaikh Yusuf Qhardawi menyampaikan komentarnya mengenai digulingkannya Presiden Hosni Mubarak, "Allah ingin memberikan penghargaan kemenangan ini kepada orang-orang Mesir". Tak ketinggalan pula warga Gaza di tanah Palestina juga turut merayakan kemenangan rakyat Mesir, langit-langit Gaza diterangi dengan kembang api ketika berita kemunduran presiden Hosni Mubarak tersiar.
Turunnya penguasa Mesir itu memberi berbagai dampak politik bagi Negara yang bersinggungan dengan Mesir, tak terkecuali bagi perjuangan warga Palestina yang berada di wilayah Gaza. Tumbangnya presiden Hosni Mubarak seakan sebuah menjadi secercah harapan baru untuk warga Gaza yang menderita akibat terror yang dilakukan Israel. Seperti yang kita ketahui wilayah Gaza diapit oleh Israel dan Mesir, Mubarak merupakan salah satu sekutu Israel yang paling diandalkan dalam agresinya ke wilayah Gaza, Palestina. Terbukti ketika terjadi serangan Israel atas Gaza pemerintah Mesir melakukan blokade yang menghambat proses pengiriman bahan bantuan baik itu pangan, pakaian, obat-obatan ataupun tenaga medis. Bahkan ketika blokade yang dilakukan Mesir mendapat kecaman dari berbagai Negara, mesir tetap tak bergeming sehingga perekonomian di gaza terhambat pada waktu itu.  
Kini turunnya Hosni Mubarak dari tahta kepresidenan Mesir membuat kekuatan persekutuan AS dan Israel dengan beberapa Negara Timur Tengah semakin berkurang setelah pada serangannya ke Palestina beberapa waktu lau, Turki memutus hubungan dengan Israel. Oleh karena itu selama hari – hari bergulirnya revolusi Mesir, Israel mencoba untuk campur tangan melalui wakil presiden Mesir Omar Suleiman yang merupakan mantan ketua dinas intelijen Mesir dan sekutu dekat AS dan Israel. Ketakutan yang menjadi kekhawatiran AS dan Israel adalah jika kekuatan dan kepemimpinan Islam tampil sebagai pemegang kekuasaan maka kesempatan AS dan Israel untuk menguasai Timur Tengah akan semakin kecil.

 Walaupun kini pemerintahan Mesir sementara mesih dipegang oleh militer yang menyatakan tetap akan menghormati perjanjian Internasional termasuk perjanjian dengan Israel, namun warga gaza tetap berharap pemimpin yang akan menggantikan Mubarak nanti akan mengeluarkan kebijakan – kebijakan positif yang bisa mendukung pulihnya kehidupan di wilayah Gaza seperti yang dikatakan juru bicara gerakan Hamas di Gaza, Abu Zuhri. Bahwa mereka menyerukan kepemimpinan Mesir yang baru untuk mengambil keputusan segera untuk mengangkat blokade Gaza dan membuka perbatasan Rafah secara permanen untuk memungkinkan pergerakan bebas orang-orang dan agar proses rekonstruksi Gaza segera dimulai.
Mesir merupakan salah satu Negara yang menjadi poros kekuatan di Timur Tengah, apalagi letaknya yang strategis berbatasan dengan jalur Gaza, daerah yang menjadi sasaran serangan Israel ketika melakukan agresi. Maka munculnya pemimpin yang arif dan bijak serta  bukan kaki tangan atau sekutu dari AS dan Israel merupakan harapan bagi penduduk Mesir bahkan warga Gaza yang berharap akan membawa perbaikan hubungan antara Mesir – Palestina.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar